Islam Yes, Politik Yes

Sebagian besar umat Islam berpendapat bahwa politik dan dakwah tidak dapat disatukan. Dalam persepsi kebanyakan orang dakwah dan politik adalah dua hal yang kontradiktif. Politik dipahami hanya sebagai aktivitas dunia, dan dakwah dipahami sebagai aktifitas akhirat saja. Sehingga dakwah dianggap tidak pantas memasuki wilayah politik, dan politik haram memasuki wilayah dakwah.

Dakwah adalah pekerjaan para kyai dan ustadz, sedang politik adalah pekerjaan para politisi. Jika seorang ustadz menjadi politisi, maka ia harus melepas semua atribut dan perilakunya sebagai ustadz serta harus mengikuti dan beradaptasi dengan perilaku para politisi. Demikian pula jika seorang politisi menjadi ustadz ia pun harus melepas baju politiknya, karena jika tidak, ia akan dicurigai menggunakan agama sebagai alat politik.

Jadi apakah mungkin seorang dai bisa jadi politisi? Atau bolehkah dakwah berpolitik? Atau kegiatan politik menjadi dakwah?

“Politik adalah kegiatan penyelenggaraan persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat,” demikian tutur Hasan Al Banna. Kegiatan internal politik adalah “mengurus soal pemerintahan, menjelaskan fungsi fungsinya, merinci kewajiban dan haq, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika melakukan kebaikan, dan di kritik jika melakukan kekeliruan”.

Sedangkan yang dimaksud kegiatan eksternal politik adalah “memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, menempatkannya dalam posisi yang sejajar dan terhormat dengan bangsa lain”. Baik kegiatan internal mauapun eksternal politik, sama sama mencakup ajakan kebaikan, amar ma’ruf nahi mungkar yang selama ini acapkali dianggap wilayah kerja dakwah.

Dengan pemahaman seperti ini, kita simpulkan bahwa politik dan dakwah adalah dua kegiatan yang saling terkait, sangat mungkin dakwah menjadi kegiatan politik, atau politik menjadi kegiatan dakwah. Dakwah adalah politik apabila ia berperan memahamkan masyarakat pada hak dan kewajiban mereka.dan politik adalah dakwah jika berperan mengajak masyarakat berbuat baik, memfasilitasi mereka berbuat ma’ruf dan menutup pintu pintu perbuatan zalim dan dizalimi.

Kedudukan politik dalam Islam

Islam adalah agama yang syamil dan mutakamil, mencakup seluruh kehidupan manusia. Terkandung dalam semua aktivitas kegiatan manusia baik urusan dunia maupun akhirat. Termasuk dalam kegiatan politik, Ustman bin Affan ra berkata, “Al quran lebih memerlukan kekuasaan dari pada kekuasaan membutuhkan Al quran.”

Setiap Muslim sewajarnya memahami bahwa Islam memilki sistem politik yang bersumber dari Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah dan dikembangkan oleh para sahabat dan salafusaleh, sesuai dinamika perkembangan kehidupan moderen. Setiap Muslim harus siap menjalankan sistem Islam ini, dan tidak akan menjalankan sistem lain, karena hawatir bertentangan dengan kehendak allah dan terperdaya oleh langkah langkah syaitan. (Al Baqarah : 208)

Peran politik dalam dakwah

Sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia cenderung saling berinteraksi dan berkelompok. Interaksi dalam kelompok dan antar kelompok bisa bersifat positif atau negatif. Positif jika interaksi yang terjadi adalah saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan. Negatif jika interaksi yang terjadi adalah saling menolong dan membantu dalam kejahatan, kemungkaran yang pada akhirnya melahirkan berbagai kezaliman seperti perang, penindasan, dan sebagainya.

SEJARAH membuktikan bahwa hanya dengan syariat Islam manusia bisa menggapai kehidupan yang mulia, serta kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan Islam lah lahir manusia manusia cemerlang yang karyanya diakui dan dikagumi sampai sekarang. Islam pula lah yang mencatatkan sejarah membentangkan kekuasaan yang sangat luas yang digapai selama 80 tahun sementara Persia dan Romawi memerlukan 8 abad utk menyamainya.

Tapi seiring dengan perkembangan berikutnya, umat Islam menjauh dari agamanya, kegiatan agama dijauhkan dari kegiatan realitas kehidupan masyarakat sehari-hari, demikian pula sebaliknya, hingga sampailah pada zaman generasi kita sekarang ini.

Kita bersedih dengan keadaan kita, umat Islam adalah umat terbesar di bumi ini, tapi terzalimi hak-haknya. Suriah, Yaman, Palestina, Mesir, Rohingya bahkan umat Islam di Tolikara, Papua tidak boleh menjalankan syariat Islam secara kaffah. Para pemimpin yang shaleh dihambat jika ingin memimpin bangsa, difitnah, umat tidak diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi ekonomi, dan sebagainya.

Mungkinkah kejayaan Islam kembali bangkit, sejarah generasi pertama kembali terulang? Tentu saja bisa apabila kita mampu memenuhi syarat syaratnya. Sebagian di antaranya adalah politik dan kekuasaan. Politik sebagai instrumen instrumen terlaksananya ajaran Islam harus menyatu dalam setiap karakter Muslim, atau dengan kata lain menjadi politik dakwah.

Karakteristik Politisi Dakwah

Setiap Muslim berkewajiban menjadi dai, dan sekaligus secara perlahan menjadi politisi dakwah. Berikut bbrp karakter politisi dakwah

a. Memiliki kepribadian politik, yaitu kumpulan sikap orientasi politik pada diri Muslim dalam menyikapi realita. Terdiri dari ;
• sikap dan keyakinan bahwa Islam mengatur seluruh kehidupan manusia
• pengetahuan dan wawasan politik kekinian
• orientasi dan perasaan politik

b. Memiliki kesadaran politik
• Kesadran misi, kesadaran terhadap ajaran Islam, meliputi dasar dasar aqidah, akhlaq, sosial, ekonomi, juga pentingnya aplikasi Islam sebagai identitas umat.
• Kesadaran gerakan, bahwa Islam akan terwujud ditengah masyarakat dan negara dengan pengorganisasian pergerakan yang komitmen dengan asas Islam dan bekerja mewujudkannya
• Kesadaran problematika politik/umat yang terjadi di masyarakat baik nasional, regional maupaun internasional
• Kesadaran akan hakikat dan sikap politik, yaitu kemampuan memahami peristiwa politik dan sadar akan kekuatan kekuatan politik dalam menghadapai berbagai peristiwa politik itu sendiri

c. Berpartisipasi dalam kegiatan politik
• Dalam bentuk individu dengan menjadi anggota organisasi politik
• Dalam bentuk memberikan solusi atas realita dan problematika masayarakat. Menjadi bagian dari solusi dan perbaikan yang keberadaannnya senantiasa menebar manfaat dan kebaikan bagi lingkungan sekitar

Langkah-langkah menjadi politisi

1. Membangun kembali pemahaman keagamaan, bahwa Islam agama yg lengkap dan komprehensif. Membangkitkan kesadaran umat bahwa hanya dengan Islam lah semua problematika hidup dapat terpecahkan.
2. Membangun kembali kebersamaan umat, bahwa kita bersaudara, tidak dipisah oleh daerah, suku, organisasi, madzhab, maupun harakah. Membangun dan meningkatkan ukhuwan Islamiyah.
3. Mengenal kembali potensi dan kelebihan diri sendiri, bahwa tiap pribadi memiliki potensi yang berbeda dengan yang lain. Persoalan umat ini sangat besar, tak mungkin diselesaikan oleh satu orang atau 1 organisasi politik. Kita harus membangun kebersamaan untuk bersama sama bersinergi melakukan perbaikan
4. Memahami kembali realitas kehidupan yang tidak statis.

Oleh Hainul Zain

Tinggalkan komentar